Rabu, 27 April 2011

Hati-Hati Dengan Tipuan Dunia Bernama S.U.K.S.E.S.

Indonesian Broadcaster
(your radio broadcasting specialist)


♥♥♥ Hati-Hati Dengan Tipuan Dunia 
Bernama S.U.K.S.E.S.




Bismillaahir rohmaanir rohiim

 

Sahabat Indonesian Broadcaster yang dirahmati oleh Allah ta’ala...

Ketika kita mendapat sukses dunia berupa harta yang berlimpah, sungguh dalam hal ini Allah ta’ala (belum tentu) ridha kepadanya. Sebab bisa jadi harta benda yang banyak itu merupakan ujian paling berat bagi setiap hamba Allah yg tengah di uji-Nya.

Allah ta’ala berfirman : “Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (ar-Ra’d 26).

Pernyataan ini sebenarnya hendak mengingatkan kita, bahwa setiap bentuk rizki yang dititipkan oleh Allah, belum tentu lantaran DIA ridha kepada hamba-Nya. Sebab untuk kesuksesan dunia, sungguh bukan (melulu) ditandai dengan keberhasilan finansial atau bentuk kesuksesan-kesuksesan umum yang di anggap memberhasilkan seseorang selama ini.

 

Akibatnya, perihal sukses finansial seperti itu dijadikan TOLOK UKUR bagi banyak orang. Lantas mereka berupaya mengejarnya mati-matian, dan mati beneran setelahnya, dengan tidak membawa apa-apa bagi akhiratnya. Na'udzubillah tsuma na'udzubillaah...

 

Tadi di atas jean menuliskan; “...bisa jadi harta benda yang banyak itu merupakan ujian paling berat bagi setiap hamba Allah yg tengah di uji-Nya." Argumentasinya begini...

Ketika seseorang dititipkan Allah "SUKSES DUNIA", lantas ia menganggap Allah ta'ala ridha, meski sikap dan perilakunya adalah berbangga diri—melupakan—bahkan meniadakan perintah serta larangan Rabb-nya!?
 
Namun sebaliknya, ketika Allah ta'ala menitipkan "GAGAL atau KESEMPITAN" (menurut anggapan kebanyakan hamba-Nya), maka bisa jadi ia akan CEPAT KEMBALI kepada Rabb-nya untuk bertaubat—merengek-rengek—berdoa—dan lain sebagainya.

Subhanallah, sungguh Allah ta'ala Mahamengetahui lagi Mahaberkehendak terhadap segala ketentuan-Nya. Maka mari kita kembangkan argumentasi serta hujjah ini, kepada beberapa hal nyata yang sering kita saksikan selama ini.

Misalnya...

Terdapat pasangan suami—istri yang memulai kehidupan rumah tangganya dengan cara yang amat di benci oleh Allah, seperti: kumpul kebo—nikah beda kepercayaan—selingkuh—dan lain sebagainya.

  
Kemudian Allah ta'ala menguji kita (orang-orang) selain pelaku maksiat, melalui pemandangan ideal yang tampak oleh ‘kasat mata’, berupa kehidupan rumah tangga yang meski dengan jalan maksiat dan berbuat dosa seperti itu,  tetapi mereka tampaknya berhasil membina rumah tangga yang harmonis—rizki yang berkecukupan—atau anak-anak yang meski menjadi kafir, lantaran dunia mereka di anggap sukses. Padahal (sekali lagi), mereka INGKAR kepada Allah dan Rasul-Nya.

Maka penilaian pun langsung ditujukan kepada bentuk ‘berhasil’ yang sangat di damba bagi DUNIA seperti tersebut. Sedangkan cara memulainya, dan atau keingkaran mereka, seenaknya saja di toleransi bersama hasil akhir yang di dalih "toh mereka SUKSES..!?" Astaghfirullaah wa na'udzubillaah...

Adapun penyebab debilitas serta penyesatan seperti itu dikarenakan "Ghazwul Fikr" (Perang Pemikiran), yang selama ini dikelola secara profesional oleh golongan orang-orang Kafir—Munafik—serta Fasiq, lewat ‘permainan’ SESAT yang di sebut SINKRETISME, atau segala sesuatu di ukur dari SEGI BAIK menurut pemikiran semata.

Itulah sebabnya mengapa Islam dikatakan sebagai Dien bagi orang-orang yang beriman lagi cerdas, serta berpikir dan berindak berdasarkan syariat yang telah di tentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Di samping itu, hendaknya kita tidak pernah bersedih atau menyerah begitu saja, kepada suatu kenyataan G.A.G.A.L. yang sedang dititipkan oleh Allah kepada setiap hamba-Nya yang tengah di uji. Firman-Nya, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam Nasyrah 5).


Wallahua’lam bish-showab...




Barakallaahu fiikum
Wassalamu'alaykum wr.wb.
~∂eanny♥divΞ

2 komentar:

shinta mengatakan...

Menurut saya klo seandainya mereka hidup harmonis (bagi jeanny pengertian harmonis tu pa)klo saya mengartikan harmonis : hdp rukun dan damai sesuai dgn jalanNYA atau yg srg di sebut sakinah mawaddah wa rahmah dan dikatakan Sukses dlm hidup....karena manusia mmpunyai sifat khilaf,nafsu dsb_a toh da sbagian manusia mmng hidup berantakan karena mmbina hdp dgn kemaksiatan tp bkn brrti mereka tdk punya akal pikiran tuk bertaubat dan lbh dekat lg pdNYA. biasanya nie kesadaran,penyesalan dtg trlmbt tp tidak da kata2 trlambat tuk bertaubat kecuali nyawa sudah di tenggorokan...hmmmm nie menurut saya krn bagi saya manusia tdk luput dr khilafan

~∂eanny♥divΞ mengatakan...

Wa iyyaki, ukthi Shinta benar dengan pemahaman dan argumentasi tersebut. Akan tetapi untuk kata harmonis itu jean tulis dengan penambahan kalimat sebelumnya, berupa:

"...mereka TAMPAKNYA berhasil membina rumah tangga yang harmonis..."

Jadi dalam hal ini BUKAN termasuk dalam kelompok sakinah, mawadah, warohmah, bahkan barokah sebagaimana yang di syariatkan oleh Islam.

Mereka hanya TAMPAK HARMONIS, lantaran SUKSES finansial yang di peroleh, lantas kemaksiatan mereka yang meski tetap berlangsung di anggap sebagai kelawaziman, sebab toh Allah ta'ala ridha, karena mereka SUKSES...