(your radio broadcasting specialist)
FITNAH
Bismillahir rohmanir rohiim.
Assalamu’alaykum warohmatullahi wa barokaatu.
Saudara-saudariku tersayang rahimakumullaah…
Kata fitnah diucapkan untuk beberapa arti. Diantaranya ialah pengujian, pengetesan, pencobaan, penyesatan, dan kekufuran. Pada mulanya, kata ‘fitnah’ terambil dari perkataan mereka yang berbunyi, fatantudz dzahaba fin nar, yang artinya, “Saya menguji emas di api”. Maksudnya, untuk mengetahui apakah murni atau bercampur dengan yang lainnya. Juga dari ucapan mereka yang berbunyi, fatantul khubza fin nar, yang artinya, “Saya memasak roti di api”. Juga dari firman Allah SWT yang berbunyi, “(Hari Pembalasan itu ialah] pada hari dimana mereka dibakar di atas api neraka .” (QS. Adz-Dzariyat: 11)
Kata fitnah tersebut banyak tempat di dalam Al-Qur’an Al-Karim dan dengan arti yang banyak. Kata fitnah digunakan dengan arti “mencoba” di dalam firman Allah SWT yang berbunyi, “Dan Kami telah mencoba kamu dengan beberapa cobaan.” (QS. Thaha: 40)
Kata fitnah juga di gunakan dengan arti “Azab”. Ini dapat di jumpai di dalam firman Allah SWT yang berbunyi, “Ia menganggap siksaan manusia sebagai azab Allah.” (QS Al-Ankabut: 10)
Kata fitnah juga di gunakan dengan arti “menghalangi dari jalan Allah”. Ini dapat dijumpai di dalam firman Allah swt yang berbunyi, “Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (QS Al-Maidah: 49)
Kata fitnah terkadang dapat di gunakan dengan arti penyesatan dan perusakan agama, seperti di dalam firman Allah SWT yang berbunyi, “Adapun orang-orang di dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat dari Al-Qur’an, untuk menimbulkan kesesatan (fitnah) dan untuk mencari-cari takwilnya.” (QS Ali ‘Imran : 7)
Adapun fitnah yang lebih besar dari pembunuhan, dan terdapat didalam firman Allah SWT yang berbunyi, “Dan fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada pembunuhan.” (QS. Al-Baqarah: 217)
Begitu juga firman Allah SWT yang berbunyi, “Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pada pembunuhan.” (QS. Ali ‘Imran : 191)
Fitnah yang dimaksud disini ialah kekafiran dan mendorong manusia untuk meninggalkan agama. Asbabun nuzul ayat ini memperjelas arti ini. Di riwayatkan, bahwa Rasulullah saw mengangkat Abdullah bin Jahsy al-Asadi – putra paman Rasulullah saw sebagai komandan pasukan tersebut. Pengiriman pasukan itu terjadi dua bulan sebelum pecahnya perang badar. Pasukan itu bergerak hingga sampai ke lembah Nakhlah. Di sana mereka menjumpai seorang musuh (orang musyrik Quraisy), yaitu ‘Amr bin al-Hadhrami, yang tengah membawa barang dagangan orang-orang musyrikin Quraisy. Ketika itu, mereka berada pada hari terakhir dari bulan jumadil akhir. Mereka melihat bahwa hari itu termasuk bagian bulan-bulan haram, yaitu bulan rajab. Mereka bermaksud hendak menyerang ‘Amr, namun sebagian dari mereka berkata, “Kita tidak tahu hari ini kecuali bagian dari bulan haram, dan kita tidak melihat engkau membolehkannya karena tamak.” Sebagian mereka yang lain berkata, “Ini adalah kelengahan dari seorang musuh. Kita harus merampas barang bawaannya, sehingga dengan begitu kita mendapat rezeki, kita juga tidak tahu apakah hari ini termasuk bagian dari bulan haram atau bukan.”
Pendapat yang terakhir menang. Maka mereka pun membunuh ‘Amr bin Hadhrami dan merampas barang bawaannya. Berita di bunuhnya ‘Amr bin Hadhrami sampai kepada orang-orang kafir Quraisy, dan ‘Amr bin Hadhrami merupakan orang pertama yang dibunuh di antara orang-orang musyrikin dan orang-orang muslim. Mendengar hal itu, orang-orang kafir Quraisy datang kehadapan Nabi saw dan berkata, “Apakah boleh berperang di bulan haram?” maka kemudian turunlah firman Allah swt yang berbunyi:
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (disanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah (menghalangi manusia masuk Masjidil Haram) lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (QS. Al-Baqarah: 217)
Di dalam sebuah hadits, Rasulullah saw telah bersabda, “seorang Muslim adalah saudara seorang Muslim lainnya, mereka bantu membantu di dalam menghadapi tukang fitnah.” Yang dimaksud dengan tukang fitnah ialah setan, karena setan menghalang-halangi manusia dari agama Alah SWT. di dalam hadits lain Rasulullah saw berkata, “Apakah engkau pemitnah, wahai Mu’adz?” di dalam hadits kusuf Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya kelak engkau akan difitnah (ditanya) di dalam kubur.” Yang dimaksud oleh Rasulullah adalah pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Rasulullah saw banyak berlindung kepada Allah SWT dari fitnah kubur, fitnah orang yang hidup dan orang yang mati, dan fitnah yang lainnya. Di dalam sebuah haditsnya Rasulullah saw bersabda, “Seorang Mukmin diciptakan dalam keadaan difitnah (diuji).” Artinya, seorang mukmin diuji oleh Allah SWT dengan dosa, kemudian dia bertobat, lalu berbuat dosa, dan kemudian tobat kembali.
Diriwayatkan bahwa Umar mendengar seorang laki-laki ber ta’awudz (berlindung kepada Allah) dari berbagai fitnah, lalu Umar berkata kepada laki-laki itu, “Apakah engkau memohon kepada Tuhanmu supaya tidak dikaruniai keluarga dan harta? Padahal Al-Qur’an menjelaskan, ‘Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah, dan di sisi Allah-lah pahala yang besar .” (QS. At-taghabun: 15)
Yang dimaksud oleh Al-Qur’an dalam ayat ini bukanlah fitnah membunuh atau fitnah perselisihan.”
Mudah-mudahan penjelasan sebatas ini cukup memberikan kejelasan tentang beberapa arti kata “fitnah” yang banyak di kenal. Disamping itu, masih ada beberapa arti “fitnah” yang lain yang bersifat kiasan (majazi); namun kita tidak melihat adanya alasan untuk menyebutkannya secara rinci di sini.
Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepadamu penjagaan dari fitnah, kesinambungan pemberian karuna, dan amal perbuatan yang mendorong kepada surga. Sesungguhnya Engkau sangat kasih dan sayang kepada kami.
Wallahu Tabaraka wa Ta’ala A’lam
Barakallahu fiikum
Wassalamu’alaykum wr.wb.
~∂eanny♥divΞ ~