DAHSYATNYA SAKROTUL MAUT
(Must Read!)
Jakarta, 9 September 2011
Bismillaahir rohmaanir rohiim
Assalamu’alaykum warohmatullaahi wabarokaatuh
Sahabat kami rahimakumullaah dan kita semua calon mayyit...
Allah subhanahu wa ta’ala sudah menakdirkan setiap manusia merasakan sakitnya mati dan mengalami pedihnya sekarat, meskipun ia seorang nabi dan rasul. Allah ta’ala berfirman;
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’ {21}:35)
Juga firman-Nya, “Dan datanglah sakratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf {50}:19).
Sekarat adalah puncak rasa sakit. Manusia setelah itu tidak sadarkan diri dan tidak merasakan sakit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasakan betapa sakitnya sakratul maut, dan beliau mengungkapkan rasa sakit tiada tara yang beliau alami itu.
Dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari dari Aisyah disebutkan bahwa di hadapan Rasulullah ada tempat air. Beliau saw memasukkan kedua tangannya ke dalamnya, kemudian mengusapnya ke muka beliau dan berkata, “Laa ilaaha illallah, tiada sesembahan selain Allah, sesungguhnya kematian memiliki sekarat!. Lalu mengacungkan tangannya dan berkata, “Dalam naungan teman yang mulia.” Hingga dicabut ruh beliau dan tangannya pun lemas.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang shaleh bisa mengatasi kematian dan sekaratnya, dan ruas-ruas tubuhnya saling mengucapkan salam satu sama lain, ia berkata, ‘Keselamatan untukmu, kau berpisah dariku dan aku berpisah darimu sampai hari Kiamat.” (Tafsir al-Qurthubi 17/10, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, tahun 1417H, 1996 cetakan kelima).
Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Aisyah ra berkata, “Aku menemani ayahku ketika beliau meninggal, aku duduk di dekat kepalanya. Ia mengerang, aku ucapkan sebuah syair;
‘Aduhai, harta tidaklah berguna bagi seorang pemuda
jika suatu hari mengerang dan dadanya sempit.’
Ayahnya membuka wajahnya dan berkata, ‘Bukan begitu, tetapi ucapkanlah, ‘Dan datanglah sakratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya’.” (QS. Qaaf {50}:19).
Selain itu, banyak sekali perkataan dan riwayat mengenai sakitnya sakratul maut.
Syaddad bin Aus berkata, “Kematian adalah kecelakaan paling menyakitkan di dunia. Ia lebih sakit dari di gergaji dengan gergaji, dari dikerat dengan pisau pengerat, dan dari digodok dalam periuk mendidih. Jika orang yang telah mati dihidupkan dan mengabarkan penduduk dunia mengenai kematian yang ia rasakan, maka penduduk dunia tidak akan merasakan kenikmatan hidup dan tidak akan bisa tidur.”
Ali bin Abi Thalib berkata, “Aku tidak merasa ada orang yang ringan kematiannya setelah melihat beratnya kematian Rasulullah.”
Zaid bin Aslam dari ayahnya berkata, “Jika seorang mukmin memiliki derajat yang belum diraihnya dengan amalnya, maka kematian akan menutupnya dengan sekarat saat kematian datang. Itu akan menyampaikannya pada derajatnya di surga.”
Salah seorang di antara mereka ketika mengalami sakratul maut mengabarkan rasa sakit tiada tara yang ia rasakan, ia berkata, “Seolah-olah langit ditimpakan ke bumi, dan seolah-olah nyawaku keluar dari lubang jarum!”
Selain sakratul maut, orang yang berhadapan dengan kematian akan menghadapi hal lain yang menakutkannya, di antaranya bentuk malaikat maut yang menyeramkan dan menakutkan. Manusia tidak ada yang mampu membayangkannya. Manusia paling kuat dan paling pemberani sekali pun, tidak ada yang sanggup melihat malaikat maut ketika sedang mencabut nyawa orang mati.
Dalam Ihya Ulumuddin (4/463) diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim berkata kepada malaikatul maut, “Bisakah kau perlihatkan bentukmu ketika mencabut nyawa orang jahat?” Malaikat maut menjawab, “Engkau tidak akan kuat.” Ibrahim berkata, “Tampakkan padaku.” Malaikat menampakkan padanya kemudian berpaling. Tiba-tiba tampak lelaki hitam rambutnya berdiri, baunya busuk, pakaiannya hitam, dari mulut dan lubang hidungnya keluar api dan asap. Hal itu membuat Ibrahim pingsan. Ketika siuman, malaikat maut telah kembali ke wujudnya semula. Ibrahim berkata, “Wahai malaikat maut, jika orang jahat ketika mati tidak mendapatkan kecuali wajahmu itu, sudah cukup jadi siksaan baginya.”
Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Nabi Dawud adalah seorang yang sangat pencemburu. Jika ia keluar, ia selalu menutup pintu. Suatu hari ia menutup pintu dan keluar. Istrinya berkata, “Siapa yang memasukkan orang ini ke dalam rumah?” Jika Dawud datang, ia pasti akan menghajarnya.”
Lalu datanglah Dawud dan melihat lelaki itu dan langsung bertanya, “Siapa kamu?” Lelaki itu menjawab, “Aku adalah orang yang tidak takut kepada raja-raja, dan tidak ada penghalang yang bisa menghalangiku.” Dawud langsung berkata, “Berarti, demi Allah, kamu adalah malaikat maut.” Dan, Dawud tidak bergeming dari tempatnya. Demikian hadits riwayat Ahmad.
Duhai sahabat kami dimana kita semua merupakan calon mayyit…
Begitu juga gambaran mengerikan saat kematian datang, adalah DICABUTNYA NYAWA manusia DENGAN KASAR, khususnya orang-orang kafir. Saat itu mereka mendengar gelegar perkataan malaikat maut. Sambil menampar wajah dan punggung mereka, malaikat maut memberi khabar, “Bergembiralah untuk masuk neraka, hai musuh Allah!” Rasulullah saw bersabda, “Orang kafir jika sedang menghadapi kematian diberi khabar akan mendapat azab dan siksa Allah.” (al-Hadits).
Astaghfirullah wa naudzubillah…
Maka jangan engkau kira bahwa ketika orang kafir atau orang munafiq dan fasiq itu mati (seolah) tenang, berarti mereka mendapati khuznul khotimah!? TIDAK, sama sekali tidak demikian adanya. Sebab Allah ta’ala tidak akan pernah menyalahi ketentuan serta janji-Nya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. al-An’aam {6}:93).
Subhanallah, Mahasuci Engkau yaa Allah… Ampunilah kami, kasihanilah kami yaa Allah… ^_^,
Billahit-taufiq wal-hidayah,
Wassalamu’alaykum wr.wb.
Ud@dIVe~ dRadio-man
NOTE :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar